Friday, June 8, 2012

Penataan Lingkungan Masyarakat Kampung Naga

A.    Penataan Lingkungan
Secara keseluruhan, lahan perkampungan terdiri dari dua bentuk yaitu pertama, jalur tepi sungai ciwulan, lebar sekitar 30 meter dan panjang sekitar 200 meter, merupakan lahan yang datar. Kedua, lereng sebuah bukit kecil dengan kemiringan sekitar 15-20%.  Suatu perkampungan yang dibangun diatas lahan dengan kondisi seperti ini memerlukan penataan terlebih dahulu agar lebih layak digunakan secara aman dan sehat. Usaha-usaha yang dilakukan masyarakat Kampung Naga dalam menata lahan perkampungan diantaranya adalah: pertama: daerah jalur tepi sungai Ciwulan. Untuk mencegah terjadinya erosi ke arah perkampungan, tebing sungai sepanjang daerah perkampungan dibentengi dengan batu-batu sungai seukuran kepala manusia yang disusun dengan rapi. Celah-celah diantara batu tersebut ditutup dengan tanah liat. Dengan cara ini diharapkan celah-celah tersebut dapat segera ditumbuhi lumut atau rumput, sehingga benteng tersebut dapat menahan benturan aliran sungai. Kedua, pada lahan miring (lereng). Masyarakat Kampung Naga mengubah lereng tersebut dengan cara membuat sengkedan  (undak, teras) yang sejajar atau mengikuti kontur. Antara teras yang satu dengan yang berikutnya disekat atau dibentengi dengan batu-batu sungai. Hampir sama dengan waktu mereka membuat benteng untuk menahan arus sungai.

Setelah secara keseluruhan lahan perkampungan ditata, masyarakat Kampung Naga mulai membagi wilayah mereka. Kawasan tersebut dibagi menjadi tiga sektor, yaitu sektor bersih, sektor ini merupakan kompleks bangunan perumahan, leuit, dan bangunan umum (masjid dan bale kampung). Sektor ini benar-benar bersih dari limbah yang dihasilkan baik oleh manusia, binatang peliharaan dan sebagainya.  Sektor kedua yaitu sektor kotor, daerah ini merupakan kawasan kampung yang langsung berbatasan dengan sungai Ciwulan. Lahan kampung ini digunakan untuk kandang ternak, saung lisung, pancuran dan balong. Semuanya menghasilkan limbah atau kotoran. Ketiga, halaman kampung (open space). Kawasan ini terletak diantara sektor bersih dan sektor kotor. Kawasan ini berfungsi sebagai penyekat diantara kedua sektor tersebut. ( H. M. Ahman Sya dan Awan Mutakin, Masyarakat Kampung Naga Tasikmalaya, Op. Cit.,  hal. 40-48}


B.    Pemeliharaan Kebersihan
Upaya untuk senantiasa menjaga bersihnya lingkungan perkampungan yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga dapat dilihat dari gambar dibawah.

Dari gambar tersebut dapat tersirat bagaimana daya nalar masyarakat tersebut untuk berupaya agar lingkungan tempat tinggal mereka selalu bersih dan terbebas dari segala macam limbah atau kotoran.







Bersambung…….

Tulisan ini merupakan serpihan-serpihan tulisan
dari skripsi penulis berjudul:

Da’wah Dan Tradisi Lokal
 (Studi Hajat Sasih Pada Masyarakat Adat Kampung Naga, Tasikmalaya dan Strategi Da’wah Terhadap Masyarakatnya)

0 comments:

Post a Comment

Note :

1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak dan tidak boleh ada SARA
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM

Semoga tali Silaturrahim kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi

Regards,
Yogi Hendra Kusnendar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...