Dikisahkan oleh Abdullah bin Zubair bin Aslam dari ayahnya dari kakeknya yang bernama Aslam. Ia menuturkan, “Suatu malam aku sedang menemani Umar bin Khattab berpatroli di Madinah. Ketika beliau merasa lelah, ketika beliau merasa lelah, beliau bersandar ke dinding di tengah malam, beliau mendengar seorang wanita berkata kepada putrinya, ‘Wahai putriku, campurlah susu itu dengan air.’ Maka putrinya menjawab, ‘Wahai ibunda, apakah engkau tidak mendengar maklumat Amirul Mukminin hari ini?’ Ibunya bertanya, ‘Wahai putriku, apa maklumatnya?’ Putrinya menjawab, ‘Dia memerintahkan petugas untuk mengumumkan, hendaknya susu tidak dicampur dengan air.’ Ibunya berkata, ‘Putriku, lakukan saja, campur susu itu dengan air, kita di tempat yang tidak dilihat oleh Umar dan petugas Umar.’ Maka gadis itu menjawab, ‘Ibu, tidak patut bagiku menaatinya di depan khalayak demikian juga menyelesihinya walaupun di belakang mereka.’ Sementara Umar mendengar semua perbincangan tersebut. Maka dia berkata, ‘Aslam, tandai pintu rumah tersebut dan kenalilah tempat ini.’ Lalu Umar bergegas melanjutkan patrolinya.
Di pagi hari Umar berkata, ‘Aslam, pergilah ke tempat itu, cari tahu siapa wanita yang berkata demikian dan kepada siapa dia mengatakan hal itu. Apakah keduanya mempunyai suami?’ Aku pun berangkat ke tempat itu, ternyata ia adalah seorang gadis yang belum bersuami dan lawan bicaranya adalah ibunya yang juga tidak bersuami. Aku pun pulang dan mengabarkan kepada Umar. Setelah itu, Umar langsung memanggil putra-putranya dan mengumpulkan mereka, Umar berkata, ‘Adakah di antara kalian yang ingin menikah?’ Ashim menjawab, ‘Ayah, aku belum beristri, nikahkanlah aku.’ Maka Umar meminang gadis itu dan menikahkannya dengan Ashim. Dari pernikahan ini lahir seorang putri yang di kemudian hari menjadi ibu bagi Umar bin Abdul Aziz.”
*****
Kisah di atas, merupakan kisah dari pemimpin sejati, pemimpin yang tidak hanya menerima laporan 'baik' dari segala hal yang terjadi secara riil di masyarakatnya. Kisah seorang pemimpin yang rela meluangkan waktunya hampir setiap malam untuk berkeliling (membaur dengan masyarakat dan tanpa membawa pengawal) untuk melihat langsung rakyatnya, mengetahui kebutuhan riil rakyatnya di samping untuk mengetahui apakah ada diantara rakyatnya yang kelaparan.
Kisah yang dituliskan diatas menggambarkan kondisi masyarakat yang patuh terhadap aturan terutama aturan Allah. Sebuah kondisi dimana rakyatnya meyakini bahwa tidak satupun dari perbuatan,
perkataan, bahkan gerak hatinya yang luput dari pengetahuan Allah. Semua
yang keluar dari diri seseorang secara pasti akan dicatat oleh
penjaga-penjaganya yang sudah dipersiapkan Allah swt.
Adakah calon pemimpin bangsa ini yang tidak hanya obral janji lalu lupa, tapi shaleh dan mampu berbuat sebagaimana Ummar bin Khattab (minimal keluar dan dengarkan keluhan dan apirasi rakyatnya)? Saya dukung dunia akhirat.
0 comments:
Post a Comment
Note :
1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak dan tidak boleh ada SARA
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM
Semoga tali Silaturrahim kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi
Regards,
Yogi Hendra Kusnendar