Alkisah, suatu hari sebuah perusahaan mengutus seorang manager dan asistennya untuk mengikuti pelatihan di kota Bandung. Di Stasiun Kota, setelah membeli tiket Argo jurusan Jakarta Bandung, keduanya pun duduk di sebuah kursi yang bersebelahan. Di hadapan mereka duduk dua orang perempuan, seorang perempuan nan muda dan cantik bersama neneknya yang akan pergi ke Bandung Juga.
Sepanjang perjalanan, keempatnya berusaha menyesuaikan diri dengan membuka percakapan dan berkenalan. Tanpa terasa, mereka telah menjadi akrab dan perjalanan pun terasa semakin mengasyikan bagi kedua pegawai itu (secaraaa githu lho..ada wanita cantik).
Tidak berapa lama, kereta api yang mereka tumpangi telah sampai di terowongan Sasaksaat (sebuah terowongan kereta yang lumayan panjang yang ada di daerah Purwakarta). Entah kenapa, lampu-lampu yang ada di dalam gerbong tidak menyala dan tidak ayal lagi kegelapan pun meraja.
Untuk beberapa lama, keempat orang ini pun terdiam. Hanya kesunyian dan sayup deru lokomotif serta gesekan-gesekan roda kereta saja yang terdengar. Tiba-tiba, ditengah kesunyian tersebut terdengar suara tak lazim yaitu suara sebuah ciuman dan tamparan.
Setelah melewati terowongan tersebut, keempat orang tersebut hanya terdiam dan berusaha menerjemahkan dan merekonstruksi kira-kira seperti apa kejadiannya.
Si wanita muda tersebut bergumam dalam hatinya “Saya merasa tersanjung sang manajer mencium saya, tapi saya malu karena nenek menamparnya.”
Sang nenek berpikir “Saya kesal anak muda tersebut mencium cucunya, akan tetapi saya bangga karena dia punya keberanian untuk menampar pelakunya (sang manajer).”
Di lain pihak sang manajer pun bergumam “Saya salut dengan asisten saya, dia berani mencium wanita muda yang cantik yang baru dikenalnya, tapi saya kaget karena perempuan itu salah menampar saya”
Tampaknya hanya asisten manajer saja yang mengetahui kejadian yang sesungguhnya terjadi, karena dalam waktu yang sangat singkat, dia mempunyai kesempatan untuk mencium wanita cantik yang ada di hadapannya sekaligus menampar manajernya.
(Cerita ini hanya kisah karangan. Dont try at home)
*****
Orang bijak pernah membagi tiga tipe manusia ketika dihadapkan dengan kesempatan di depannya. Pertama, manusia bodoh yakni mereka yang selalu melalaikan dan mengesampingkan setiap kesempatan yang ada. Kedua, manusia baik yakni mereka yang selalu mengambil kesempatan yang datang kepadanya. Ketiga, manusia bijak, yakni mereka yang selalu mencari kesempatan yang memungkinkan dirinya untuk terus berkembang, tanpa harus banyak menunggu kesempatan menghampirinya.
Tergolong kemanakah anda?
(Dibahasakan ulang dari buku Half Full Half Empty, Setengah Isi Setengah Kosong karya Parlindungan Marpaung)
0 comments:
Post a Comment
Note :
1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak dan tidak boleh ada SARA
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM
Semoga tali Silaturrahim kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi
Regards,
Yogi Hendra Kusnendar