Alkisah, di antah berantah hiduplah seekor belalang muda yang energik dan memiliki kemampuan melompat lebih dibandingkan dengan belalang lain yang seumur dengannya. Dia merasa bahwa dia adalah belalang terbaik yang pernah ada, oleh karena itu setiap hari dia selalu memamerkan kemampuan tersebut kepada teman-temannya.
Pada suatu hari disaat sedang asyik melompat dari satu dahan ke dahan lain dan memakan daun-daun muda, tiba-tiba matanya terarah kepada sebuah desa nan elok dan dipenuhi dengan berbagai macam daun-daun rimbun yang selama ini menjadi kegemarannya. Dalam hatinya dia bertekad bahwa suatu saat dia akan mampu mencapai desa tersebut, berkeliling dan mengeksplor beragam daun-daun muda kesukaannya.
Singkat cerita, sampailah dia di desa tersebut. Di sudut sebuah gang tampaklah seekor anjing tengah duduk dan bersiaga di depan sebuah gerbang rumah. Si belalang merasa heran dengan apa yang dilihatnya. Dia pun penasaran lalu menghampiri si anjing tersebut.
Apa yang kamu lakukan disini, duduk sendiri di depan gerbang yang sepi? Tanya si belalang.
Aku adalah anjing terbaik di desa ini. Tugasku adalah menjaga rumah ini beserta segala isinya yang ada! Jawab si anjing dengan pongahnya.
Mendengar jawaban itu, si belalang muda pun merasa panas hatinya. Akhirnya dia menantang si anjing tersebut untuk berlomba dengannya, dan si anjing pun menerimanya.
Sekarang kamu tentukan perlombaan pertama kita! Seru si belalang.
Termenung sejenak, si anjing pun menentukan bahwa lomba pertama adalah melompati pagar rumah yang ada di dekat mereka, dan si belalang menerimanya.
Setelah mengambil ancang-ancang, si anjing berlari dengan kencangnya dan berhasil melompati pagar itu.
Tiba giliran si belalang, setelah mengambil ancang-ancang dan melompat, ternyata dia hanya mampu melompat tiga perempat dari tinggi pagar tersebut. Si anjing pun bertambah pongah dengan kemenangan yang diperolehnya.
Apa kataku! Kau tidak akan mempu melawanku! Sekarang giliran kamu tentukan lomba apa selanjutnya! Seru si anjing.
Termenung sebentar, si belalang mendapat ide.
Lomba kita tetap lomba melompat. Pemenangnya bukan diukur dari berapa tinggi lompatan kita, tetapi berapa kali lipat dikalikan tinggi badan kita! Kata si belalang.
Si anjing pun setuju dan dia melompat pertama kali. Hasil tinggi lompatannya adalah empat kali tinggi tubuhnya.
Tidak lama berselang, si belalang melompat. Tinggi lompatannya memang hanya setengah dari tinggi lonpatan si anjing. Akan tetapi jika diukur tinggi badannya total lompatannya adalah sepuluh kali lipat dibanding lompatan si anjing, dan si belalang pun memenangkan perlombaan kedua.
Kita seri! Ayo kita tentukan lomba selanjutnya. Seru si anjing.
Tidak perlu! Karena berapa kali pun perlombaan ini dilakukan, pemenangnya pasti sesuai dengan standar yang kita tentukan sendiri! Hakikatnya kita berdua memiliki standar untuk berhasil yang berbeda beda. Masalahnya kita sadar atau tidak bahwa kita memiliki potensi untuk melakukan hal terbaik dalam hidup kita. Jawab si belalang.
*****
Tentukan sendiri standar keberhasilan kita dan jangan terjebak dengan standar orang lain yang diterapkan bagi pribadi mereka masing-masing. Cukup dengan mengambil ibrah dari standar mereka akan tetapi bukan berarti menerapkan standar mereka pada diri kita. Ingat! Setiap manusia dilahirkan dengan potensi dan kemampuan yang berbeda.
Mampukah kita mencoba mengimplementasikan hal tersebut dalam kehidupan kita? semoga!
(Dibahasakan ulang dari tulisan milik Parlindungan Marpaung; Setengah Isi Setengah Kosong)
0 comments:
Post a Comment
Note :
1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak dan tidak boleh ada SARA
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM
Semoga tali Silaturrahim kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi
Regards,
Yogi Hendra Kusnendar