Friday, June 8, 2012

Sistem Bahasa Masyarakat Kampung Naga

Dalam pergaulan sehari-hari, sebenarnya masyarakat Kampung Naga tidak mempunyai dialek yang khusus. Dialek yang mereka pakai sama persis dengan dialek sunda lainnya. Hanya saja ada beberapa istilah yang tabu untuk dipakai oleh masyarakat Kampung Naga. Istilah-istilah tersebut menurut kepercayaan mereka harus diganti dengan istilah lain.Salah satu istilah yang tidak boleh dipakai oleh masyarakat Kampung Naga adalah kata garing yang harus diganti dengan kata tuhur. Garing artinya kering kerontang, sedangkan tuhur mempunyai arti kering juga. Akan tetapi kering dari istilah tuhur lebih berarti keadaan benda tersebut tidak basah atau tidak lembab (bukan kering kerontang). Suatu benda yang diistilahkan dengan kata garing pasti akan sangat mudah terbakar, sementara benda yang diistilahkan dengan kata tuhur masih ada kemungkinan sulit dibakar. (Kemungkinan terjadinya penggantian istilah tersebut didasarkan pada kekhawatiran atau kecemasan masyarakat Kampung Naga. Kecemasan itu timbul dari kondisi rumah-rumah adat yang mereka miliki terbuat dari bahan-bahan yang relatif mudah terbakar. Setiap muncul kata garing mungkin terbayang di benak, suatu benda yang mudah terbakar, termasuk rumah mereka sendiri. Oleh kerena itu, agar khayalan tersebut tidak terus menerus muncul dan tidak menimbulkan kecemasan, maka kata garing masuk dalam katalog tabu untuk diucapkan.)

Istilah lain yang terlarang dipakai atau ducapkan oleh masyarakat Kampung Naga adalah kata Singaparana. Istilah ini harus diganti dengan istilah Galunggung. Singaparana merupakan nama sebuah kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya, kira-kira 23 kilometer dari Kampung Naga ke arah timur. Sementara nama Galunggung merupakan sebuah nama gunung berapi yang letaknya sejauh sebelas kilometer dari Kabupaten Singaparana.

Alasan mengapa istilah Singaparana harus diganti dengan Galunggung adalah semata karena ada kesamaan nama dengan nama leluhur masyarakat Kampung Naga. Oleh karena itu mereka menganggap cologog (tidak sopan) jika ada orang yang mengatakan kata Singaparana. (H. M. Ahman Sya dan Awan Mutakin, Masyarakat Kampung Naga Tasikmalaya)

Bersambung…….

Tulisan ini merupakan serpihan-serpihan tulisan
dari skripsi penulis berjudul:

Da’wah Dan Tradisi Lokal
 (Studi Hajat Sasih Pada Masyarakat Adat Kampung Naga, Tasikmalaya dan Strategi Da’wah Terhadap Masyarakatnya)

0 comments:

Post a Comment

Note :

1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak dan tidak boleh ada SARA
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM

Semoga tali Silaturrahim kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi

Regards,
Yogi Hendra Kusnendar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...