Saturday, July 28, 2012

Hikmah Shaum; Tarbiyah & Tazkiyah!

Pengertian Shaum
Shaum adalah kata arab mengandung arti amsaka (artinya bertahan), maksudnya menahan makan dan minum dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari dengan diiringi niat. (Ibrahim Musthafa, Mu’jamul Wasîth, hal. 529)

Dikatakan pula, artinya berhenti. Apabila dikatakan Shâmar rîh (angin itu berhenti), shâmatis syams (matahari berhenti ditengah-tengah) atau shâmal fars (kuda itu enggan melakukan perjalanan). Disebutkan pula, arti shaum itu berhenti bicara sebagaimana dijelaskan al-Ashbahâni dalam Mufradâtnya.

Dalam pengertian syara’, para ulama memberika definisinya, diantaranya Imam as-Shan’ani mengatakan: “Menahan diri dari makan dan minum serta bersebadan di siang hari dan lain-lain sesuai pertimbangan syara’, termasuk di dalamnya menahan dari perbuatan yang sia-sia, rafts (ngomong kotor, porno) dan lain-lain perkataan yang diharamkan dan dimakruhkan.” (Subulus Salâm 2/305)

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menambahkan, yang disebut shaum adalah menahan diri dari yang khusus, pada waktu yang khusus, dari sesuatu yang khusus dengan syarat-syarat yang khusus pula. (Fathul Bâri 4/132)

Dengan demikian, menurut Syaikh Muhammad bin Ibrahm bin Abdillah at-Tuwaijiry dalam Mukhtashar al-Fiqh al-Islâmy, shaum merupakan ibadah yang berbentuk kâffin ‘anil mahbûbât (menahan dari segala sesuatu yang disenangi) bukan badzlun lil mahbûbât (memberikan segala sesuatu yang disenangi) seperti halnya infaq dan shadaqah.

Istilah Puasa
Diantara kaum muslimin ada yang familiardengan menggunakan istilah puasa untuk menyebut aktivitas ibadah menahan segala sesuatu yang disenangi ini. Padahal kalau ditelusuri, shaum berbeda dengan puasa.

Sebagaimana diterangkan sebelumnya, bahwa pengertian shaum sudah cukup jelas. Adapun puasa, menurut sejarahnya memiliki latar belakang yang berbeda-beda.
  • Bangsa Mesir Kuno telah mengenal istilah puasa sebelum kedatangan Islam
  • Bangsa Romawi dan Yunani telah melakukannya sebelum kedatangan Kristen. Mereka berpuasa ketika akan menghadapi peperangan atau serangan musuh dalam rangka mendapatkan perlindungan dewa
  • Bangsa Babylon Purba melakukan puasa dengan anggapan dapat terhapusnya dosa-dosa yang dilakukan.
  • Bangsa Cina mempercayai bahwa puasa merupakan proses meditasi untuk mencapai kedalaman spiritual. Melakukannya sebelum upacara pengorbanan. Lalu perkembangan berikutnya, aliran Taoisme memodofikasinya bukan sekedar Chai (ritual puasa fisik) melainkan Hsin Chai (puasa jiwa).
  • Dalam ritual agama Budha, para biarawan telah melakukannya dengan jalan makan satu kali sehari atau sehari penuh dalam permulaan bulan.
  • Demikian halnya dengan agama Hindu, adanya kewajiban puasa ketika akan mengahdapi hari raya keagamaan seperti Nyepi (Pustaka Manawa Darmasastra XI/Sloka 211-221)
  • Begitu pula agama Yahudi dan Kristen. Orang Yahudi melaksanakan puasa sebagai ibadah kepada Tuhan mereka yang bernama Yahwe, sementara dalam agama Kristen dikatakan bahwa Yesus pernah melaukan puasa 40 hari 40 malam (Injil Mathius pasal 4:2) sebagaiman Musa pernah berpuasa 40 hari sebelum menerima perintah Tuhan dalam Taurat (Kitab Keluaran pasal 24:12).


Namun perkembangan berikutnya, tidak ada kejelasan yang pasti mengenai ritual puasa kedua agama ini, dikarenakan terjadinya modifikasi dan penafsiran yang beragam dan akhirnya pelaksanaan puasa diserahkan sepenuhnya kepada individu jemaat.

Sekalipun Nampak ada kesamaan, istilah puasa tidak dapat dipersamakan dengan shaum, dimana shaum memiliki definisi yang jelas dan aturan yang jelas pula, sementara puasa masihbersifat umum. Bahkan kalau dikaji lebih lanjut, puasa memiliki asal bahasa yang kuat dengan bahasa Sangsekerta yaitu upawasa dalam agama Weda, artinya berpantang salah satu keinginan, dimana sebelum melakukan upawasa dianjurkan untuk berlangir, seperti berlangirnya Drupadi dengan darah Drusasana. (Lihat A.D. al-Marzdedeq dalam Parasit Aqidah, hal. 59-60)

Menuai Hikmah Tarbiyah dan Tazkiyah
Banyak pelajaran yang dipetik, beragam manfaat yang dapat diambil. Ibadah ini begitu berarti dalam mengantarkan seorang hamba menuju kesucian jiwanya. Dr. Yusuf Al Qaradhawy menguraikan dalam bukunya al-‘Ibâdahfil Islâm sebagai berikut:
  • Membentuk ketahanan rohani (rûhaniah), yaitu dengan ibadah shaum, manusia dapat mengendalikan dan menguasai hawa nafsunya.
  • Menyehatkan jasmani, yaitu dengan menjalankan ibadah shaum, seseorang dapat mengatur dan menertibkan fungsi perut, dimana kurangnya menjaga perut dan mengisinya secara berlebihan atau menimbulkan penyakit
  • Mendidik kesabaran, yaitu tahan banting terhadap berbagai godaan. Ketika seorang mampu menciptakan daya tahan menghadapi kesulitan, berarti dia akan mampu menumbuhkan daya juang untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang lebih kompleks.
  • Menguatkan kemauan, yaitu ketika seorang mampu mengatasi berbagai kesulitan, maka semakin mendorong dirinya meningkatkan kemauan untuk berjuang.
  • Mengenal nikmat Ilahy, yaitu seseorang akan lebih menyadari akan nikmat yang dianugerahkan Allah kepadanya seiring hilangnya nikmat itu sendiri dari tangannya setelah seharian dia menunaikan ibadah shaum.
  • Mendidik perasaan santun dan belas kasihan, yaitu seseorang akan turut merasakan betapa lapar dan dahaganya orang-orang lemah dan liskin setelah dia merasakan dari pengalamannya selama shaum.
  • Latihan berserah diri, yaitu menjalankan ibadah shaum dapat menumbuhkan loyalitas ketaatan dan kepatuhan serta meningkatkan kedisiplinan.

Semua itu sangat jelas, betapa ibadah shaum menjanjikan banyak kemaslahatan baik terhadap jasmani (fisik) maupun kejiwaan (physikis).
Sekedar membuktikan, sungguh ibadah shaum merupakan ibadah yang penuh maslahat, jangankan maslahat kehidupan hari akhir, bahkan kehidupan dunia sekalipun. Banyak diantara para ahli dan ilmuwan modern mengakuinya, diantaranya:
  • Dr. Allan Coutt menceritakan; “Bahwa menahan nafsu makan dan mengaturnya dapat mendatangkan 27 pangkal kesehatan yang paling baik.” (H.Z.A. Ahmad dalam Bunga Rampai Ajaran Islam 9/161).
  • Dr. Dakar (Pakistan) menyebutkan; “Bahwa ibadah shaum tidak akan merubah keseimbangan cairan badan, berat badan, dan kadar gula secara berarti.” (Dr. H. Ahmad Sanoesi dalam Bunga Rampai Ajaran Islam 14/109).
  • Dr. Yuri Nikolayev (ahli penyakit jiwa di Moskow) menceritakan, bahwa pengalamannya selam 30 tahun menghadapi lebih 10.000 pasien, maka dapat disimpulkan bahwa ‘membatasi macam makanan’ atau diet semacam puasa sangat menolong bagi pengobatan para penderita penyakit. (H.Z.A. Ahmad, Loc.cit.).

Subhânallâh, maha suci Allah ‘Azza wa Jalla yang telah mengajarkan syariat-Nya yang begitu mulia dan agung kepada kita.

Diambil dari Buku Targhib Ramadhan
Al-Bahr Press Pusdiklat Dewan Da'wah Ramadhan 1433 H
Karya:
H.T. Romly Qomaruddien, MA.

0 comments:

Post a Comment

Note :

1. Berikan komentar Anda yang sesuai dengan isi artikel
2. Berkomentarlah dengan bijak dan tidak boleh ada SARA
3. Mohon untuk tidak melakukan SPAM

Semoga tali Silaturrahim kita terus terjalin dengan saling berbagi informasi

Regards,
Yogi Hendra Kusnendar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...