Ditengah hingar bingar politik yang terjadi sekarang ini, cicak vs buaya jilid 2, atau ditengah maraknya pemberitaan mengenai evakuasi pesawat Air Asia QZ8501 serta yang menghebohkan jagat bisnis adalah meninggalnya pengusaha ‘bego’ (begitulah beliau menamakan dirinya) Bob Sadino, secara keseluruhan akhir tahun 2014 dan awal tahun 2015 meninggalkan banyak kisah yang tak mungkin tertuang dalam tulisan ‘sampah’ ini.
Lalu koe arep bahas opo ndul……?..hmmmm…sebentar, saya nampaknya teringat sesuatu.
Refresh ingatan di pertengahan tahun 2014 tepatnya beberapa hari selepas hari raya Iedhul Fithri, saya mulai mengenal (walau sebetulnya baru mendengar) mengenai bisnis kroto atau budidaya semut penghasil kroto…. Selintas teringat kembali manakala waktu zaman mandi di kali atau tanpa malu kesana kemari mengumbar aurat, waktu itu acapkali ‘gerombolan’ kami harus bersusah payah membakar kerumunan semut merah di pohon manga yang telah lama kami incar untuk dicuri… pada zaman itu kerumunan semut merah itu adalah musuh bebuyutan bagi kami yang mengincar buah-buahan segar untuk sekedar dinikmati di tengah hari sepulang sekolah. Tidak pernah terbayang kini semut merah menjadi salah satu bisnis yang menjanjikan.
Siiit…Ko Ndisit Ndul…..
Jare sopo budidaya semut sangat menjanjikan….banyak yang gulung tikar, atau bahkan gagal sebelum memulai……thats wrigt…saya juga bingung, siapa yang memberikan harapan-harapan kepada pembudidaya dengan iming-iming hasil selangit dengan biaya irit…. bingung setengah pusing sambil garuk kepala yang tak gatal……….
Hmmmmm….kalau saya tidak teruskan, berarti saya termasuk orang yang menyerah tanpa syarat dan tanpa perang….. bukankah kita harus belajar kepada anak kecil yang sedang mencoba berjalan. Sakit memang jatuh menimpa bumi tapi apakah terbersit dihatinya untuk menyerah lalu berpasrah saja menjakani hidup seperti sang legenda….Suster Ngesot.
Baiklah…akan saya coba bahas, sedikit saja, atau sedikit-sedikit saja, mengisi luang dan waktu senggang sembari sama-sama mencoba mempelajari dan tentunya mempraktekkan secara lebih serius bisnis yang ‘katanya’ sedang in ini.
Beberapa tahun belakangan ini, harga kroto semakin tinggi. Ini sesuai dengan teori ekonomi, semakin tinggi permintaan, akan berbanding lurus dengan harga manakala kuota atau permintaan yang ada tidak terpenuhi. Begitulah bahasa kasarnya orang yang bukan ahli ekonomi.
Beberapa tahun belakangan ini, para pe hoby kicau mania atau mancing mania semakin bayak seperti jamur yang tumbuh di awal musim penghujan. Hampir di setiap pelosok dapat kita temukan group lomba kicau atau area terbuka lokasi pemancing menyalurkan hoby. Selain itu, tidak mau kalah dan tertinggal, simbiosis mutualisme menyebabkan menjamurnya toko pakan ternak dan toko peralatan pemancingan….LALU APA HUBUNGANNYA DENGAN BISNIN KROTO NDUL….
Tenang poro rawuh…..sabaar..akan saya jelaskan sedikit..
Kroto adalah komoditas penting penunjang dua hal diatas, kicaumania dan mancingmania. Ya……that’s wright……..
Sebagaimana dipercayai secara umum oleh kicaumania, konsumsi kroto bagi burung berkicau adalah hal yang ‘mutlak’ dilakukan agar burung senantiasa berkicau dengan riangnya. Demikian halnya bagi para mancingmania, kroto adalah hidangan lezat bagi ikan. Sehingga mincing pun dapat memperoleh hasil yang menggembirakan.
Menjamurnya kicaumania dan mancingmania, tidak sejalan dengan meningkatnya kroto. Semakin hari kroto semakin sulit dicari. Semut merah di alam berada dalam kondisi memprihatinkan karena perkembangan mereka terhambat disebabkan telur semut yang notabenenya akan menjadi semut muda ‘diperebutkan’ oleh para pencari kroto alam sebagai tunjangan penghidupan mereka.
Budidaya kroto merupakan salah satu solusi agar semut di alam tetap lestari tetapi juga kebutuhan par ape hobies tetap dapat dipenuhi.
Lalu..........
Bagaimana cara budidaya?
Berapa modal?
Dimana bisa menjual hasil?
Berapa harga jual?
Bagaimana analisa bisnis?
Sabaar…….akan saya ulas di tulisan-tulisan lanjutan. Tulisan ini hanya prolog. Sekarang mari kita santap makan siang, minum kopi, beristirahat sejenak lalu kembali memulai aktifitas seperti biasanya.
Bekasi, 28 Januari 2015
Para Penuntut Ilmu.